NAHWU DAN SHOROF

Nahwu dan Shorof
Nahwu : kaidah untuk mengetahui kedudukan, ahrokat akhir, dan i'rob setiap kata yang masuk dalam suatu kalimat.
Shorof : ilmu tentang pembentukan kata dan perubahannya, bai karena penambahan atau pengurangan
Kata dalam bahasa Arab disebut dengan kalimah sehingga jika nanti disebut kalimah maka yang dimaksud adalah kata, bukan kalimat dalam bahasa Indonesia. Kalimah kebanyakan terbentuk dari tiga huruf yang kemudian dibuat rumus ف ع ل (فعل)
Kalimah dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Isim adalah kata benda, kata sifat, keterangan waktu, tempat dan lain-lain.
2. Fi'il atau kata kerja
3. Huruf, kata depan yaitu kata yang tidak punya arti kecuali apabila bersambung dengan isim atau fi'il

MENGENAL KALIMAT ISIM
Kita mengetahui bahwa penyusun kalam ada tiga jenis, yaitu isim, fi'il, dan huruf. Bagian pertama kita akan mengenali kalimat isim. Pengenalan kalimat isim didahulukan karena dari rangkaian dalam kalam, unsur paling banyak adalah kalilmat isim. Mengenali bahwa kalimat itu adalah kalimat isim dapat dilakukan dengan cara dari ciri fisik atau tanda yang ada. Artinya jika ada tanda itu pasti kalimat tersebut adalah kalimat isim. Tanda tersebut berada di depan, di belakang, pada bentuk kalimat, atau pada makna kalimat. Dengan demikian tanda ini mungkin ada berada pada harokat atau pada tambahan kalimat lain.
Isim adalah kata yang menunjukkan ma'na pada dirinya sendiri dan tidak berkaitan dengan waktu. Isim dapat berupa kata benda, kata sifat, keterangan waktu, tempat dan lain-lain. Seperti kitab, shahr, shoghir, nadhif, dan lain-lain.
Di bawah akan ditampilkan banyak tanda yang melekat pada kalimat isim, hanya saja yang perlu dicermati adalah beberapa tanda saja yang paling sering muncul dan digunakan untuk mengenali kalimat isim. Sedangkan yang lainnya sudah otomatis ada bersamaan dengan tanda yang paling sering muncul tersebut. Tanda-tanda yang membedakan isim dengan lainnya adalah :
1. bisa menerima tanwin
2. bisa menerima al
3. bisa kemasukan huruf nida'
4. bisa menerima huruf jer.
5. bisa bersambung dengan isim lain (kata majemuk)
Dengan kata lain, tanda untuk mengenali kalimat isim sering muncul bersamaan dalam satu kalimat. Misalnya Pada lafadh مِنَ الِجنَّـةِ ada huruf jer, al, dan bacaan jer. Pada lafadh و إِلَى رَبِّكَ ada huruf jer, bacaan jer, dan bersambungnya isim dengan isim lain.
A. Tanda di depan kalimat
1. Huruf jer atau huruf qosam
2. Al
3. Huruf nida`
4. Nawasikh
5. Wawu hal

B. Di akhir kalimat
1. Ya` nisbah
2. Tanwin
3. Ta` marbuthah
4. Wawu nun jama’
5. Alif ta’ jama’
6. Dibaca jer

C. Pada bentuk kalimat
1. Nakiroh
2. Tasghir
3. Dhomir
4. Maushul
5. Isyaroh
6. Tafdhil

D. Pada makna kalimat
1. Pelaku/fa’il
2. Korban/maf’ul
3. Pembuka/mubtada`
4. Disifati/mawsuf
5. Nama/’alam
6. Disandarkan/musnad

Mengenali batas kalimat dalam bahasa Arab.
1. Al adalah awal kalimat, maka kalimat sebelum al adalah kalimat lain.
2. I'rob jer (dibaca kasroh) adalah akhir kalimat maka kalimat setelah huruf terakhir yang dibaca kasroh adalah kalimat lain.
3. Tanwin adalah akhir kalimat, maka kalimat setelah tanwin adalah kalimat lain.
4. Ta' marbuthoh adalah akhir kalimat maka kalimat setelah ta' marbuthoh adalah kalimat lain.
5. Hamzah berbetuk alif adalah awal kalimat
6. Dhomir ــه, ــهما, همdan kawan-kawannya adalah akhir kalimat.
7. Alif layyinah adalah akhir kalimat
8. Wawu nun adalah akhir kalimat
9. Alih nun adalah akhir kalimat
10. dan seterusnya
Misalnya منَ المَشْرِقِ إلَى اْلمَغْرِبِ
من adalah satu kalimat sendiri karena setelahnya ada kata yang diawali dengan al
المشرق adalah satu kalimat sendiri karena diawali dengan al
إلَى adalah satu kalimat sendiri karena sebelumnya ada kalimat yang berakhiran kasroh dan setelahnya ada kalimat yang diawali dengan al
اْلمَغْرِبِ adalah satu kalimat sendiri karena diawali dengan al
Dengan demikian dalam susunan di atas terdapat empat kalimat.

A. Isim ditinjau dari bangunan akhirnya.
1. Maqshur, diakhiri dengan alif lazimah (baik tegak atau bengkok), yaitu alif yang ada pada kata dasarnya. Harokat sebelum akhir pada isim maqshur dibaca fathah. Seperti الفتى, الهدى, موسى, المستصفى
2. Manqush, diakhiri dengan ya'lazimah, yaitu ya' yang ada pada kata dasarnya. Harokat sebelum akhir pada isim manqush dibaca kasroh. Seperti الماضى, الراعى, الزانى.
Jika isim manqush tanpa al dan harokat akhirnya bukan fathah, maka huruf ya' dihilangkan. Contoh الداعى menjadi داعٍ, الراعى menjadi راعٍ. الماضى menjadi ماضٍ, الزانى menjadi زانٍ.
3. Mamdud, diakhiri dengan hamzah dan huruf sebelumnya adalah alif tambahan. Seperti إنشاءٌ, ابتداءٌ, سوداءُ, سماءٌ, أقوياءُ
4. Shohih, diakhiri dengan selain ke 3 huruf di atas. seperti qomar, bayt, zaid.

B. Isim ditinjau dari jenis kelaminnya ada dua, yaitu :
1. Mudzakar (menunjuk jenis laki-laki atau dianggap laki-laki)
a. Hakikiy, yaitu isim mudzakar yang menunjukkan manusia atau hewan (benar-benar mempunyai jenis kelamin)
b. Majaziy, yaitu isim mudzakar yang menunjukkan selain manusia atau hewan (tidak mempunyai jenis kelamin)
2. Muannats (menunjuk jenis perempuan atau dianggap perempuan)
a. Hakikiy, yaitu isim muannats yang menunjukkan manusia atau hewan (benar-benar mempunyai jenis kelamin)
b. Majaziy, yaitu isim muannats yang menunjukkan selain manusia atau hewan (tidak mempunyai jenis kelamin)

Penentuan mudzakkar-muannats :
1. Melihat lafadz dan makna :
a. Jika mudzakkar lafadz dan maknanya, maka mudzakkar.
b. Jika muannats lafadz dan maknanya, maka muannats.
2. Melihat makna bukan lafadznya :
a. Jika mudzakkar maknanya, maka mudzakkar.
b. Jika muannats maknanya, maka muannats.
3. Melihat lafadznya, dan ini tidak ada kaidahnya. Jika tidak ada penunjukkan itu muannats atau mudzakkar, maka lihat lafadz tersebut.
Seperti
قلمٌ  مذكَر
قلنسوةٌ  مؤنّث
4. Yang tidak ditunjuk mudzakkar atau muannatsnya, yaaaaaaaa itulah bahasa. Apalno ra usah nyocot. Misalnya
سماءٌ  مؤنّث
أرضٌ  مؤنّث
شمسٌ  مذكَر
قمرٌ  مؤنّث.
Catatan :
a. yang menunjukkan perempuan paling banyak ditandai dengan ta' marbuthah
b. anggota tubuh yang berpasangan dianggap muannats

C. Isim ditinjau dari jumlah yang ditunjuk :
1. Mufrod, menunjukkan makna jumlah tunggal
2. Mutsanna, menunjukkan makna jumlah dua. tandanya adalah adanya alif atau ya dan nun. alif dan ya' tersebut berharokat fathah dan nun selalu kasroh.
3. Jama', menunjukkan makna lebih dari dua.
a. Jama' mudzakkar salim, yaitu hitungan lebih dari dua yang menunjukkan jenis laki-laki. Tanda atau cara membuatnya adalah adanya atau menambahkan ya'-nun atau wawu-nun dari bentuk isim mufrodnya.
b. Jama' muannats salim, yaitu hitungan lebih dari dua yang menunjukkan jenis laki-laki. Tanda atau cara membuatnya adalah adanya atau menambahkan alif-ta'dari bentuk isim mufrodnya.
c. Jama' taksir, yaitu hitungan lebih dari dua yang berubah bentuk dari mufrodnya.
Cara bertasniyyah berjama', taksir juga
Tasniyyah :
- shohih : nambah alif nun/ya' nun
- manqush : kalo ya' dibuang, dikembalikan plus alif nun. ex muhtadin muhtadiyani
- maqshur : jika tsulasi, wawu mbalik wawu dan ya' mbalik ya'. ex ashon ashowani, fatan fatayani, hudan hudayani, ridhon ridhowani/wayni.
jika lebih dari tiga, ganti ya. ex hublaa hublayani, musthofa musthofayani, mustasfa mustasfayani.
- mamdud : hamzah diganti wawu kalo menunjuk muannats. ex sauda-u saudaawaani, sokhro-u sokhrowaani
kalo asli, bukan muannats, ya tetep. quro-u quroaani, wudhho-un wuddho-ani
- mulhaq kila kilta, itsna asyrota itsnata 'asyrota
JAMA
- shohih
- maqshur alif dibuang fathah tetap plus wawu/ya nun mustofaa mustafauna mustofaina
- manqush ya dibuang dhummah qobla wawu kasroh qobla ya, hadin haduuna hadiina
- mamdud mbuh

D. Isim ditinjau dari penyusunannya, terbagi menjadi :
1. Jamid, yaitu isim yang tidak diambil atau tidak disusun dari selainnya.
a. Jamid dzati (kata benda): isim yang tidak muncul darinya fi'il yang semakna (tidak bentuk kata kerjanya). seperti rajulun, nahrun.
b. Jamid ma'nawi (isim makna): isim yang hanya dapat diketahui artinya tetapi tidak terlihat bendanya (kata kerja yang dibendakan). seperti ilmun, kata kerjanya adalah alima. darsun kata kerjanya adalah darasa.
2. Musytaq atau kata jadian, yaitu isim yang diambil atau disusun dari kata lainnya dan mengandung sifat.
Yang termasuk isim musytaq adalah :
a. Isim fail, yaitu isim yang menunjukan makna pelaku. seperti katibun berasal dari kataba.
b. Sighot mubalaghoh, yaitu isim yang menunjukan makna pelaku yang mangansung arti penguatan atau menyangatkan. seperti alim (orang yang pandai) menjadi allamun (orang yang sangat pandai), shobirun (orang yang sabar) menjadi sobburun (sangat sabar)
c. Isim maf'ul, yaitu isim yang menunjukan makna sebagi obyek (yang dikenai pekerjaan). seperti maktubun berasal dari kataba.
d. Sifat musyabbihat bi ismil fail, yaitu isim yang semakna dengan isim fail hanya saja disusun dari fiil yang tidak memerlukan obyek. seperti farihun (yang senang), syarifun (yang mulia), sahlun (yang mudah), syujaun (yang berani).
e. Isim tafdhil, yaitu isim yang menunjukan arti lebih atau paling.Cara menyusunnya dalah (1) diambilkan dari fiil yang tiga huruf, dan (2) diikutkan wazan af'alu. contohnya 'alimun menjadi a'lamu (paling.lebih berilmu)
f. Isim zaman, yaitu isim yang menunjukan makna waktu.
g. Isim makan, yaitu isim yang menunjukan makna tempat.
Seperti maktabun (waktu atau tempat menulis) berasal adari kataba.
h. Isim alat, yaitu isim yang menunjukan makna alat suatu pekerjaan. seperti miftahun (alat pembuka) berasal dari fiil fataha. mimsahat (alat untuk menghapus) berasal dari fiil masaha.

E. Isim dilihat dari perubahan harokat akhir
1. Mu'rob, yaitu isim yang bisa berubah harokat akhirnya karena kemasukan amil.
2. Mabni, yaitu isim yang tidak bisa berubah harokat akhirnya meskipun kemasukan amil
Amil adalah sesuatu yang mempengaruhi harokat/huruf akhir suatu kalimah.
Isim mabni ada delapan, yaitu :
1. Isim dhomir (kata ganti)
2. Isim isyaroh (kata tunjuk)
3. Isim mawshul (kata sambung)
4. Isim syarat (isim yang memerlukan fi'il syarat dan jawabannya). yang termasuk isim syarat adalah man, ma. mata, aynama, anna, haytsuma, kayfama, ayna, ayyana.
ayyun (apapun) termasuk isim syarat akan tetapi tidak terasuk mabni sehingga bisa berubah harokat akhirnya apabila kemasukan amil.
5. Isim istifham (kata tanya), yaitu man, ma, ma dza, ayna, kayfa, kam, mata, ayyana.
6. Asmaul af'al (isim yang menunjukkan ma'na fi'il tetapi tidak menerima tanda fi'il. Asmaul af'al terbagi menjadi tiga, yaitu :
b. berma'na fiil madhi (isim fi'il madhi), seperti هيهات (bermakna= بَعُدَ/telah jauh), شتّانَ (bermakna افترق/telah bercerai), sur'an (bermakna= /telah mempercepat)
c. berma'na fiil mudhari' (isim fi'il mudhari'), seperti قط (bermakna= يكفى /cukup), وى (bermakna = أتعَجُّب/ wow !!), أفّ bermakna أتضجَّر /huss)
d. berma'na fiil amar (isim fi'il amar), seperti صه (bermakna= اسكت /diamlah), عليك(bermakna= اعتصم . berpegangteguhlah), حيّ (bermakna marilah), أمين (bermakna = استجب /kabulkanlah), إيّاك (bermakna = اتق /waspadalah), دونك (bermakna = خذ /ambillah)
7. Sebagian dharaf (isim yang menunjukkan waktu atau tempat)
8. Bilangan 11-19, kecuali 12.

F. Isim dilihat dari kejelasan penentuan maknanya terbagi :
1. Nakiroh : isim yang menunjukkan makna umum atau belum jelas kekhususannya. Isim nakiroh biasanya ditandai dengan tanwin.
2. Ma'rifat : isim yang menunjukkan makna tertentu atau sudah jelas kekhususannya.
Isim marifat ada tujuh terrangkum dalam syair berikut :
إنّ المعارف سبعة فيها سهل (()) أنا صالح ذا ما الفتى ابن يا رجل
Isim yang masuk kategori ma'rifat ada tujuh, yaitu :
1. Isim dhomir (kata ganti)
2. Isim 'alam
3. Isim isyarat
4. Isim mawshul (kata sambung)
5. Marifat sebab kemsukan 'al
6. Isim isyaroh (kata tunjuk)
7. nakiroh maqsudah

Dhomir (kata ganti)

Isim dhomir merupakan kalimat yang mabni.
Dhomir ada dua, yaitu mustatir dan bariz (dhomir yang tersembunyi dan dhomir yang terlihat), ada yang terletak di dalam kalimat fi'il (muttasil) dan ada yang terpisah dari kalimat (munfasil)

Dhomir mustatir adalah dhomir yg tanda adanya dhomir itu tidak terlihat dalam kalimat. Misalnya unshur. Pada kalimat ini ada dhomir (yaitu anta) tetapi dalam kalimat unshur tidak ada tanda adanya dhomir anta
Kedudukan dhomir mustatir pasti dalam posisi mahal rofa' sebagai fa'il atau naibul fa'il.
Dalam dhomir mustatir, tersembunyinya si dhomir ada yang tidak mungkin ditampakkan (mustatir wujub) dan ada yang mungkin ditampakkan (mustatir jawaz)

Yang tersembunyinya tidak mungkin untuk ditampakkan (mustatir wujub) artinya adalah bahwa dhomir yang dimiliki oleh fi'il tidak dapat digantikan kedudukannya dengan isim dhohir. Sedangkan yang tersembunyinya mungkin untuk ditampakkan (mustatir jawaz) artinya adalah bahwa dhomir yang dimiliki oleh fi'il dapat digantikan kedudukannya dengan isim dhohir.

Mustatir wujub ada pada :
1. Fi'il amar mufrod muzakar. Misale: Zaidun, unshur (hey, menolonglah sopo kamu). Ada dhomir anta pada kalimat ini tetapi dalam kalimat unshur tidak ada tanda adanya dhomir anta dan dhomir anta yang dimiliki (kembali pada) Zaidun dari unshur tidak bisa digantikankan oleh isim dhohir menjadi misalnya Zaidun, unshur Muhammadun (Hey, menolonglah sopo kamu sopo Muhammad)
2. Fi'il Mudhori'
mufrod muzakar mukhotob misale tanshuru (akan menolong sopo kamu). Ada dhomir anta pada kalimat ini tetapi dalam kalimat tanshuru tidak ada tanda adanya dhomir anta dan dhomir anta yang dimiliki oleh fi'il tidak bisa digantikankan oleh isim dhohir menjadi misalnya tanshuru Muhmmadun (Menolong sopo kamu sopo bapakmu)
mutakallim wahdah misale anshuru (Menolong sopo inyong). Ada dhomir ana pada kalimat ini tetapi dalam kalimat anshuru tidak ada tanda adanya dhomir ana dan dhomir yang dimiliki oleh fi'il tidak bisa digantikankan oleh isim dhohir menjadi misalnya anshuru abi (Menolong sopo inyong sopo bapake inyong)
mutakallim ma'al ghayr misale nanshuru (menolong sopo kita). Ada dhomir nahnu pada kalimat ini tetapi dalam kalimat nanshuru tidak ada tanda adanya dhomir nahnu dan dhomir yang dimiliki oleh fi'il tidak bisa digantikankan oleh isim dhohir menjadi misalnya nanshuru Muhammad, (Menolong sopo kita sopo bapake kita)

Mustatir jawaz ada pada :
1. Fi'il madhi
mufrod mudzakar ghoib misale nashoro (menolong sopo dia laki-laki satu). Ada dhomir huwa pada kalimat ini tetapi dalam kalimat dhoroba tidak ada tanda adanya dhomir huwa tetapi dhomir yang dimiliki oleh fi'il bisa digantikan oleh isim dhohir menjadi misalnya nashoro Zaidun (Menolong sopo dia Zaid)
Mufrod muannats ghoibah misale nashorot (menolong sopo dia perempuan satu). Ada dhomir hiya pada kalimat ini tetapi dalam kalimat nashorot tidak ada tanda adanya dhomir hiya tetapi dhomir yang dimiliki oleh fi'il bisa digantikan oleh isim dhohir menjadi misalnya nashorot Hindun (Menolong sopo dia Hindun)
2. Fi'il mudhori'
Mufrod mudzakar ghoib misale Zaidun yanshuru. Ada dhomir huwa pada kalimat ini tetapi dalam kalimat yanshuru tidak ada tanda adanya dhomir huwa. Tetapi, dhomir huwa yang dimiliki (kembali pada) Zaidun dari yanshuru bisa digantikankan oleh isim dhohir menjadi misalnya Zaidun yanshuru abuhu (Utawi Zaid iku menolong sopo huwa bapake Zaid)
mufrod muannats ghoibah misale Hindun tanshuru. Ada dhomir hiya pada kalimat ini tetapi dalam kalimat tanshuru tidak ada tanda adanya dhomir hiya. Tetapi, dhomir hiya yang dimiliki (kembali pada) Hindun dari tanshuru bisa digantikankan oleh isim dhohir menjadi Hindun tanshuru ummuha (Utawi Hindun iku menolong sopo hiyaa ibu'e Hindun)
yanshuru zaidun akan menolong sopo dia zaid
tanshuru fatimatu akan menolong sopo dia fatimah

DHOMIR BARIZ
Dhomir bariz adalah dhomir terlihat dalam kalimat atau tanda
adanya dhomir itu terlihat dalam kalimat. Misalnya Qumta. Ta' menunjukkan bahwa dhomir yg tersimpan adalah anta. Akromaka, kaf menunjukkan bahwa dhomirnya adalah anta.

Dhomir bariz ada dua jenis, yaitu muttasil (bersambung dengan kalimat fi'il) dan munfasil (terpisah dengan kalimat fi'il)

Dhomir muttasil adalah dhomir yg tidak bisa dijadikan sebagai kalimat pembuka dan tidak bisa ditempatkan setelah illa. Misale qumta, tidak mungkin dibaca ta qum atau Ja'a attalamidzu illa ta.
Dhomir bariz munfasil adalah dhomir yg bisa dijadikan sebagai kalimat pembuka dan bisa ditempatkan setelah illa. Misale ana muslimun dan ma qama illa ana.

Dhomir bariz muttasil dibaca/berkedudukan dengan mahal rofa' misale nashorta (menolong sopo kamu) dan dibaca/berkedudukan dengan mahal nashob seperti akromani (memulyakan sopo dia ing inyong) dan dan dibaca/berkedudukan dengan mahal jer seperti marro bina (ketemu sopo dia dengan kita)

Dhomir bariz munfasil dibaca/berkedudukan dengan mahal rofa' misale ana-nahnu, hiya-huma dll sejumlah 12 dan dibaca/berkedudukan dengan mahal nashob seperti iyyaya iyyana iyyaka dll sejumlah 12 juga.

Dhomir bariz munfasil dengan mahal rofa' jika berada di awal jumlah, maka berkedudukan sebagai mubtada'. Sedangkan dhomir bariz munfasil dengan mahal nashob hanya berkedudukan sebagai maf'ul bih.


MENCERMATI TANWIN
Harokat tanwin yang tiga (fathatayn, dhommatayn, dan kasrotayn) dan menjadi tanda kalimat isim, dalam prakteknya dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis sesuai bertempatnya si tanwin. Yaitu :
1. Tanwin tamkin, yaitu tanwin yang berada pada isim mu'rob.
Seperti tanwin pada lafadz زيد yang dapat berubag menjadi زيدٍ, زيداً, زيدٌ
2. Tanwin tankir, yaitu tanwin yang berada pada isim mabni
Seperti سيبويه و سيبويهٍ yang memberi arti pada nama Sibawayh yang satu dan Sibawayh yang lain.
3. Tanwin muqobalah, yaitu tanwin yang berada pada jama' muannats salim.
Muqobalah atau pembanding di sini adalah pembanding suara nun mati pada jama' mudzakkar salim yang bertempat pada jama' muannats salaim yng diwujudkan dalam bentuk tanwin.
Misalnya مسلمون ketika dibaca diakhiri dengan suara nun, maka مسلمات ketika dibaca juga sama-sama bersuara nun diakhirnya sebab ditanwinkan.
4. Tanwin iwadh, pengganti, yaitu tanwin yang menggantikan sesuatu yang dibuang dari kalimat. Tanwin ini dapat menggantikan isim, jumlah, atau huruf sehingga dinamakan :
- awdhun anil ism

- awdhun anil jumlah
Tanwin ini bergandeng dengan dhorof, misalnya يومئذٍ yang bermakna يوم إذا...., حينئذٍ yang bermakna حين إذا.... de el es be dan lainnya saya bingung.
Misalnya يومئذٍ تحدث أخبارها yang bermakna إذا زلزلت الأرض زلزالها يوم تحدث أخبارها
- awdhun anil harf

FIIL
Mengenali kalimat fiil tidak dapat dilakukan sebagaimana mengenali kalimat isim. Dalam kalimat isim ada beberapa tanda yang menjadi ciri khas bahwa kalimat tersebut adalah kalimat isim, sementara sebagian besar dari fiil malah tidak memiliki tanda yang melekat sebagaimana yang terjadi pada kalimat isim. Artinya pada setiap kalimat isim pasti terdapat salah satu tanda yang menunjukkannya, tetapi dalam kalimat fiil tidak demikian. Dalam kalimat fiil, jika tidak ada tanda yang melekat pada kalimat tersebut, maka tanda itu harus dipasang pada kalimat, tidak serta merta ada pada kalimat.
Katakanlah misalnya kita menggunakan ciri-ciri kalimat isim dengan
فالفعلُ يُعْرَفُ بِقَدْ وَالسِّيْنِ وَسَوْفَ وَتَاءِ التأنيثِ السَّاكِنَةِ
(Fi‘il dapat diketahui dengan adanya qad, sin, saufa, dan tâ’ ta’nîts sâkinah) yang artinya jika ada salah satu tanda di atas, maka dipastikan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat fiil. Tetapi jka tidak ada, maka kita harus "memasang" salah tanda itu. Jika tanda bisa dipasang, itu adalah kalimat fiil. Hanya saja memasang dan tidak memasang, sesuai atau tidak jika dipasang tidak selamanya dapat dilakukan.
Misalnya lafadh tanpa harokat أدخل tidak segera dapat ditunjuk dari tanda yang ada pada kalimat bahwa kalimat tersebut adalah fiil. Tanda fiil harus dipasangkan untuk mengatahui kalimat fiil menjadi misalnya سأدخل atau سوف أدخل atau قد أدخل. Atau menjadi أدخلت atau قد أدخل. Belum lagi jika yang dimaksud dengan ادخل adalah ُادْخُلْ. Oleh karena itu, untuk mengetahui kalimat fiil, cermati dengan sangat tentang tanda kalimat isim saja. Jika tidak ada tanda kalimat isim maka itu adalah kalimat fiil.
Adapun terhadap kalimat huruf yang belum dibicarakan tanda khasnya, demi mudahnya, maka apapun yang bukan kalimat isim dan jumlah hurufnya penyusunnya hanya sedikit dianggap sebagai kalimat huruf sehingga jelas bukan kalimat fiil.
Fiil, kata kerja, yaitu kata yang menunjukkan ma'na pada dirinya sendiri dan berkaitan dengan salah satu dari 3 zaman (sekarang, lampau, dan akan datang) dan setiap fi'il pasti mengandung kata ganti orang pertama, kedua atau ketiga.
A. Fiil ditinjau dari waktu terjadinya terbagi menjadi :
1. Fiil madhi, yaitu fiil yang menunjukkan pekerjaan atau kejadian pada waktu lampau. Misalnya قال إبراهيم (Ibrahim telah berkata), إذا جاء نصر الله (apabila telah datang pertolongan Allah)
2. Fiil mudhari', yaitu fiil yang menunjukkan pekerjaan atau kejadian yang sedang terjadi atau akan terjadi. Fiil mudhari selalu diawali oleh salah satu huruf ء ن ي ت atau biasa dibaca أنيت. Misalnya لا أعبد ما تعبدون (aku tidak sedang/akan menyembah apa yang sedang/akan kalian sembah)
3. Fiil amar, yaitu fiil yang menunjukkan perintah setelah waktu pembicaraan. Misalnya اقرأ باسم ربك (bacalah dengan nama Tuhanmu)
B. Fiil dilihat dari bangunan hurufnya terbagi menjadi :
1. Fiil shohih, yaitu fiil yang tidak terdapat huruf illat di dalamnya.
Fiil shohih dapat berupa :
a. Salim, jika tidak terdapat hamzah atau tadh'if dalam kalimat. Misalnya نصر
b. Mahmuz, jika terdapat hamzah dalam kalimat. Misalnya سأل, قرأ
c. Mudho'af, jika terdapat tadh'if (huruf bertasydid) dalam kalimat. Misalnya مدّ, فرّ
2. Fiil mu'tal, yaitu fiil yang pada huruf aslinya terdapat huruf illat di dalamnya.
a. Jika huruf illat itu berada pada awal kalimat disebut mitsal. Seperti وعد, يسر
b. Jika huruf illat itu berada pada tengah kalimat disebut ajwaf. Seperti باع, قام
c. Jika huruf illat itu berada pada akhir kalimat disebut naqish. Seperti دعا, رمى
d. Jika huruf illat itu lebih dari satu dan letaknya terpisah disebut lafif mafruq. Seperti وقى, وفى
e. Jika huruf illat itu lebih dari satu dan letaknya bersebelahan disebut lafif maqrun. Seperti روي, قوي
C. Fiil ditinjau dari penyusun huruf pada fiil madhinya terbagi menjadi :
1. Fiil mujarrod, yaitu fiil yang semua huruf penyusunnya asli. Misalnya غفر
2. Fiil mazid, yaitu fiil yang ditambah pada huruf penyusunnya dengan 1, 2, atau 3 huruf. Huruf yang ditambahkan berupa hamzah, sin, ta, alif, tasydid, nun. Misalnya غافر, غفّر, اغتفر, استغفر
D. Fiil ditinjau dari obyeknya terbagi menjadi :
1. Fiil lazim, yaitu fiil yang tidak membutuhkan obyek. Misalnya حسن زيد
2. Fiil Muta'addi, yaitu fiil yang membutuhkan obyek. Misalnya دخل زيد المسجد
E. Fiil ditinjau dari pelakunya tebagi menjadi :
1. Ma'lum, yaitu fiil yang ada/diketahui pelakunya (kata kerja aktif). Misalnya إذا جاء نصر الله
2. Majhul, yaitu fiil yang tidak diketahui pelakunya (kata kerja pasif). Misalnya خلق الإنسان
Sebab dan cara memajhulkan

F. Fiil ditinjau dari tasrifnya terbagi menjadi :
1. Jamid, yaitu fiil yang tidak bisa dirubah menjadi fiil lain.
Fiil jamid ada dua bentuk, yaitu :
b. Selalu hanya berupa fiil madhi, seperti ليس, ما دم, عسى, نعم.
c. Selalu hanya berupa fiil amar, seperti هب, تعال.
2. Mutasorrif, yaitu fiil yang bisa dirubah menjadi fiil lain.
Mutasorrif terbagi menjadi :
a. Mutasorrif sempurna; bisa madhi, mudhori, dan amar
Misalnya كتب يكتب اكتب
b. Mutasorrif naqish; hanya bisa madhi dan mudhori saja.
Misalnya ما زال – ما يزول , أوشك - يوشك
G. Fiil ditinjau dari perubahan harokat akhirnya, terbagi menjadi :
1. Fiil mabni, yaitu fiil yang tetap tidak berubah harokatnya walaupun kemasukan amil. Fiil mabni ada tiga, yaitu :
a. Semua fiil madhi
b. Semua fiil amar
c. Fiil mudhori ketika bersambung dengan nun niswah atau nun taukid.
2. Fiil mu'rob, yaitu fiil yang berubah harokatnya karena kemasukan amil.
Fiil yang mu'rob hanya fiil mudhori' ketika tidak bersambung dengan nun niswah atau nun taukid.
Amil adalah penyebab yang menjadikan harokat suatu kata mempunyai status tertentu dalam kalimah (jumlah).


HURUF
adalah kata yang tidak mempunyai fungsi dan arti yangs sempurna kecuali setelah bersambung dengan kata lain. Huruf adalah kata depan.
Dalam hubungannya dengan kata lain huruf dibedakan menjadi tiga, yaitu :
Huruf yang masuk pada fiil saja.
Huruf yang masuk pada isim saja.
Huruf yang masuk pada fiil dan isim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MUQODIMAH

FAEDAH BELAJAR ILMU NAHWU Bismillah.... Faedah Pertama       Kedudukan dan Kemuliaan Mempelajari Ilmu Nahwu 1⃣ keduduk...

BAHASA ARAB ELPIKHI